Over 10 years we helping companies reach their financial and branding goals. Onum is a values-driven SEO agency dedicated.

CONTACTS
Kolom

Peran Pendidik dalam Transformasi Nilai dan Ilmu Pengetahuan Perspektif Kenabian

Islam berkemajuan memandang bahwa ilmu dan pendidikan diperlukan untuk membangun peradaban, memerangi kebodohan dan keterbelakangan. Gerakan ilmu itu diwujudkan dalam bentuk pengembangan lembaga-lembaga pendidikan, dari prasekolah sampai kepada pendidikan tinggi, forum-forum pencerahan, pusat-pusat riset dan inovasi, serta pertemuan-pertemuan untuk mempercepat peningkatan capaian ilmiah.

Untuk level individu, setiap mukmin harus senantiasa mempertinggi ilmunya dan pada tingkat lembaga, setiap kegiatannya harus mencerminkan misi keilmuan.[1] Adanya lembaga-lembaga pendidikan di Muhammadiyah dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan diantaranya penguatan iman, takwa dan akhlak serta memberikan efek yang positif bagi kemajuan dan perkembangan intelektual, serta literasi di seluruh penjuru tanah air.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara.[2] Pengembangan potensi diri merupakan tujuan yang tidak mampu diselesaikan dalam tempo yang singkat. Semakin dalam potensi yang digali maka semakin panjang pula proses pendidikan itu berlangsung.  

Pendidikan termasuk faktor utama dalam menentukan pengetahuan dan keterampilan yang akan anak didik terima atau kuasai. Faktor utama tersebut karena pendidikan dapat menjadikan kehidupan lebih bahagia, dengan memiliki pendidikan, seseorang berpotensi mendapatkan keuntungan, baik bersifat materiil maupun spiritual. Pendidikan juga dapat membuat seseorang mandiri dan dapat merubah impian menjadi kenyataan. Dengan demikian maka, peran masyarakat akan kesadaran pendidikan juga harus selalu tumbuh subur guna membantu membangun negeri. Tak kalah penting, peran dosen, guru, orangtua sebagai pendidik bagi anak-anak didiknya menjadi ujung tombak tercapainya cita-cita bangsa dan tujuan dari pendidikan.

Peran Pendidik dalam Transformasi Nilai.

Peran pendidik dalam transformasi nilai dan ilmu pengetahuan sangat penting, ia sejatinya menjadi seorang yang mencerahkan, mampu membuka akal dan pikiran serta jiwa anak didik. Konsep pendidikan Muhammadiyah menurut Haedar Nashir dalam majalah online Suara Muhammadiyah menegaskan bahwa pendidikan yang dikembangkan Muhammadiyah sejak awal adalah pendidikan holistik. Berupa pencerahan kesadaran dengan menyiapkan lingkungan yang memungkinkan seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari Allah sebagai rabb, dan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dengan bekal itu, mampu menghidupkan, mencerdaskan, dan membebaskan manusia dari semua belenggu kebodohan dan keterbelakangan.[3]

Holistik artinya keseluruhan. Pendidikan holistik dimaknai sebagai metode atau suatu pendekatan dalam proses pendidikan guna membangun manusia secara keseluruhan dan  untuk menemukan jati diri serta kehidupannya melalui tali hubungan komunikasi dengan orang lain. Sehingga dari pendidikan holistik tersebut diharapkan melahirkan manusia yang unggul dan berakhlak mulia. Menurut Haedar, akhlak seseorang bertumpu pada perkembangan akal budinya. Pendidikan seharusnya melahirkan manusia yang sesuai fitrah kemanusiaannya. Pendidikan holistik yang dijalankan secara terintegrasi dengan semua komponen dan lingkungan, akan mampu melahirkan harmoni sosial dan keadaban publik.[4]

Orientasi pendidikan Muhammadiyah adalah menjadi pendidikan yang menghidupkan. Artinya bahwa pendidikan yang diberikan dapat memberikan solusi dan jalan keluar terhadap permasalahan yang tengah dihadapi ummat manusia. Jika di dalam pendidikan tidak diarahkan untuk mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah manusia, maka selama itu pula pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi peradaban.

Bagi para pendidik Muhammadiyah, masing-masing perlu memahami ideologi Muhammadiyah secara komprehensif, mengingat bahwa Muhammadiyah mengembangkan pendidikan sebagai strategi dan ruang kebudayaan bagi pengembangan potensi dan akal budi manusia secara utuh.[5] Ide-ide K.H.A. Dahlan dalam gerakan organisasi Muhammadiyah mempunyai karakter tersendiri termasuk dalam bidang pendidikan. Pembaharuan yang dilakukan dalam bidang pendidikan memiliki maksud dan tujuan serta identitas yang prinsipil antara lain prinsip berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, prinsip Amar Ma’ruf nahi Mungkar, prinsip integrasi ilmu pengetahuan, prinsip keberpihakan pada kaum dhu’afa, prinsip semangat pengabdian, prinsip tajdid, prinsip demokrasi.[6]

Pendapat Kuntowijoyo menyebutkan bahwa gagasan pendidikan yang dipelopori oleh K.H.A Dahlan merupakan pembaharuan karena mampu mengintergasikan aspek iman dan kemajuan yang kemudian diarahkan untuk menghasilkan sosok generasi muslim terpelajar dan mampu hidup di zaman modern tanpa goyah kepribadiannya.[7] Ide-ide kreatif dan gagasan yang cemerlang tersebut untuk terwujudnya pendidikan yang ideal maka perlu dituangkan kedalam sistem pendidikan. Sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai secara terstruktur.

Faktor penting dalam sistem pendidikan ialah cara atau metode yang digunakan pendidik dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik. Ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik dalam proses pelaksanaan tugas-tugasnya yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan dan kompetensi dalam cara mengajar.[8] Sebaik apappun tujuan pendidikan, selama tidak didukung oleh cara atau metode yang tepat dan teruji, maka tujuan akan jauh dari ketercapaian. Setiap metode akan sangat mempengaruhi keberhasilan dan dapat menjadi suksesi visi, misi dan tujuan pendidikan tersebut.

Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW.

Implementasi pendidikan yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW dapat menjadi referensi yang mutakhir. Bagi para pendidik Muhammadiyah, secara aplikatif dalam mentransfer nilai dan ilmu pengetahuan kepada anak didik dapat mencontoh metode dan style Nabi Muhammad SAW dalam mendidik para sahabatnya. Dari berbagai metode tersebut setidaknya ada lima metode yang penulis simpulkan.[9] Pertama, learning conditional. Pengkondisian anak didik adalam proses pembelajaran menjadi bagian dari hal yang penting pada awal kegiatan pembelajaran. Pengondisian yang dimaksud adalah perintah untuk menyimak dan diam lalu memperhatikan dengan sungguh-sungguh.

Kedua, active interaction. Interaksi secara optimal dan aktif baik melalui pendengaran maupun pandangan. Proses interaksi ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya tidak berbicara terlalu cepat, berbicara tidak terlalu banyak, berbicara dengan memperhatikan irama atau intonasi. Menjelaskan sampai tuntas serta memberikan jeda. Interaksi juga dibarengi dengan kontak mata, ekspresi wajah dan senyuman.

Ketiga, applied learning method. Pembelajaran menggabungkan antara teori dan praktik merupakan salah satu metode yang memudahkan pendidik dan anak didik, sehingga mudah dalam memahami materi. Keempat, scaning dan leveling. Pemilihan materi dan penyesaian dengan anak didik. Kelima, discussion. Menerapkan metode diskusi dan memberikan jawaban secara logis sehingga dapat diterima hati, pikiran dan pendengarannya.

Selain dari kelima metode pendidikan yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW ini ada pula metode cerita atau ceramah, studi kasus, motivasi, penggunaan bahasa tubuh, membuat gambar dan grafik, refleksi, pengulangan, dan menyampaikan ulang materi secara garis besar, termasuk juga memberi kesempatan untuk anak didik menjawab sendiri suatu pertanyaan penting dimiliki oleh pendidik. Dari sekian metode pendidikan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW tidak mustahil bagi pendidik Muhammadiyah mengadopsi dan diterapkan di zaman sekarang. Karena pendidik yang mencerahkan adalah pendidik yang mampu menjadikan anak didik dapat dengan mudah memahami ilmu-ilmu pengetahuan, menghayati nilai dan norma, serta mengamalkan ilmu sebagai perwujudan terbentuknya pribadi muslim yang berakhlak mulia.

Tentang Penulis:
Istiqlal Yul Fanani, S.Pd., M.Pd.
Dosen AIK Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah Purbalingga
Alumni Mu’allimin Yogyakarta


[1] Mughni, Syafiq, dkk. 2022. Risalah Islam Berkemajuan. PPM: PT Gramasurya. Hlm. 33.
[2] UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[3] Muhammadiyah, Suara. 2019, Oktober 19. Konsep Pendidikan Muhammadiyah Menurut Haedar Nashir. https://suaramuhammadiyah.id.
[4] Ibid.
[5] Nashir, Haedar. 2014. Memahami Ideologi Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara Muhammadiyah. Hlm. 241.
[6] Hamdan. 2009. Paradigma Baru Pendidikan Muhammadiya. Yogyakarta: Ar-ruz Media. Hlm. 93-120.
[7] Kuntowijoyo, 1985. Muhammadiyah dalam Perspektif Sejarah:, dalam M. Amin Rais, dkk., Pendidikan Muhammadiyah dan Perubahan Sosial : Sarasehan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Yogyakarta: PLP2M. Hlm. 36.
[8] Ratna, Sasmi. Meneladani Rasulullah SAW sebagai Pendidik yang Memudahkan. Jurnal Pendidikan Islam – Murabby Volume 2 Nomor 1 April 2019. Hlm. 3
[9] Ibid. Hlm. 4

Sumber Foto :Pexels/Akela Photography

Author

Humas & Promosi ITBMP

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *